Nabi Nuh dan Banjir dalam al-Qur'an
Nabi Nuh Menyeru Kaumnya pada Agama Kebenaran
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnyalalu ia
berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu
selainNya". Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan
ditimpa azab hari yang besar (kiamat)". (Al-A'raf: 59)'
Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku
sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain
hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku. QS. Asy-Syuara': 107-110)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Lalu
ia berkata "Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak
ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)?".QS.
Al-Mukminun: 23)
Peringatan Nabi Nuh kepada kaumnya untuk Menghindari Hukuman
dari Allah
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan
memerintahkan): "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang
pedih"(QS. Nuh: 1)
Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab
yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal. (QS. Hud:39)
Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku
khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. (QS. Hud:
26)
Pembangkangan kaum Nabi Nuh
Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami
memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata".(QS. Al-A'raf: 60)
Mereka berkata: "Hai Nuh sesungguhnya kamu telah berbantah
dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka
datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk
orang-orang yang benar. (QS. Hud: 32)
Dan mulailah Nuh membuat bahtera . Dan setiap kali pemimpin
kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkata Nuh: "Jika kamu
mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian
mengejek (kami). (QS. Hud: 38)
Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab:
"Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu , yang bermaksud hendak
menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu . Dan kalau Allah menghendaki ,
tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar seruan
(seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu. Ia tidak lain
hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah)
terhadapnya sampai suatu waktu. (QS. Al-Mukminun: 24-25)
Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh maka mereka
mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila dan dia sudah
pernah diberi ancaman".(QS. Al-Qamar: 9)
Penghinaan terhadap para pengikut Nabi Nuh
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:
"Kami tidak melihat kamu , melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti
kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu , melainkan
orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami
tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami
yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". (QS. Hud: 27)
Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal
yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?" Nuh menjawab: "Bagaimana aku
mengetahui apa yang telah mereka kerjakan?". Perhitungan (amal perbuatan) mereka
tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kamu menyadari .Dan aku sekali-kali
tidka akan mengusir orang-orang yang beriman. Aku (ini) tidak lain melainkan
pemberi peringatan yang menjelaskan. (QS. Asy-Syuara': 111-115)
Peringatan Allah agar Nabi Nuh tidak Bersedih
Dan diwahyukan kepada Nuh , bahwasanya sekali-kali tidak akan
beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu
janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Hud:
36)
Doa Nabi Nuh
Maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka ,
dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mukmin besertaku. (QS. Asy-Syuara':
118).
Maka dia mengadu kepada Tuhannya : "bahwasanya aku ini adalah
orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku). (QS. Al-Qamar: 10)
Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku
malam dan siang. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari
kebenaran). (QS. Nuh: 5-6).
Nuh berdoa : "Ya Tuhanku tolonglah aku, karena mereka
mendustakan aku."(QS. Al-Mukminun: 26)
Sesungguhnya Nuh telah menyeru kami : Maka sesungguhnya
sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami).(QS. Ash-Shaffat: 75)
Pembuatan Kapal (Bahtera)
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu
Kami , dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang zalim itu ,
sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 37)
Penghancuran umat Nabi Nuh dengan cara Ditenggelamkan
Maka mereka mendustakan Nuh , kemudian kami selamatkan dia dan
orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata
hatinya).(QS. Al-A'raf: 64).
Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang
tinggal. (QS. Asy-Syuara: 120)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka
ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun.Maka mereka
ditimpa banjir besar , dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al-
Ankabut: 14)
Dibinasakannya Putera Nabi Nuh
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana
gunung, dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat jauh
terpencil : "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu
berada bersama orang-orang yang kafir." Anaknya menjawab: "Aku akan mencari
perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!". Nuh berkata :
"Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang
Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya ; maka jadilah
anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (QS. Hud: 42-43)
Diselamatkannya Orang-Orang yang Beriman dari Banjir
Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di
dalam kapal yang penuh muatan.(QS. Asy-Syuara: 119).
Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu
dan kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. (QS.
Al-Ankabut: 15)
Bentuk Fisik dari Banjir yang Terjadi
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air
yang tercurah . Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka
bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami
angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. (QS. Al-Qamar:
11-13)
Hingga apabila perintah Kami datang dan 'dapur'(permukaan bumi
yang memancarkan air hingga meneyebabkan timbulnya taufan) telah memancarkan
air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing
binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah
terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman".
Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. Dan Nuh berkata:
"Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar
dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana
gunung, dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat jauh
terpencil : "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu
berada bersama orang-orang yang kafir." .(QS. Hud: 40-42)
Lalu Kami wahyukan kepadanya : "Buatlah bahtera di bawah
penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan
'tannur' telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang
dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih
dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu
bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka
itu akan ditenggelamkan.(QS. Al-Mukminun: 27)
Terdamparnya Perahu di Tempat yang Tinggi
Dan difirmankan: "Hai bumi tahanlah airmu, dan hai langit
(hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan
bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah
orang-orang yang zalim". (QS. Hud: 44)
I'tibar yang Diambil dari Peristiwa Banjir
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung)
Kami bawa )nenek moyang) kamu ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu
peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (QS.
Al-Haqqah: 11-12)
Pujian Allah terhadap Nabi Nuh
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam".
Sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik. (QS. Ash-Shaffat: 79-81)
Apakah Banjir itu Bencana Lokal Saja ataukah Global ?
Mereka yang menolak realitas terjadinya Banjir masa nabi Nuh, menopang
pendirian mereka dengan menyatakan bahwa banjir global atas seluruh dunia adalah
suatu hal yang mustahil. Bukan hanya itu, penyangkalan mereka atas terjadinya
banjir yang bagaimanapun bentuknya adalah ditujukan untuk menyerang apa yang
telah dikemukakan al-Qur'an. Menurut mereka, semua kitab yang berasal dari
wahyu, termasuk al-Qur'an, mempertahankan pendirian bahwa banjir Nuh adalah
banjir yang global, dan karenanya, seluruh berita itu adalah informasi yang
keliru.
Penolakan terhadap pernyataan al-Qur'an ini tidak benar. Al-Qur'an diwahyukan
oleh Allah, dan al-Qur'an ini merupakan satu-satunya kitab suci yang tidak
terubah. Al-Qur'an memandang banjir dengan sudut pandang yang sangat berbeda
dibandingkan cara pandang Pentateuch dan legenda-legenda tentang banjir yang
lain yang diriwayatkan dalam berbagai kebudayaan. Pentateuch, nama bagi lima
buku (kitab) pertama dalam Perjanjian Lama, menyatakan bahwa banjir tersebut
bersifal global, menutupi seluruh bumi. Namun, al-Qur'an tidak memberikan
keterangan seperti itu, dan sebaliknya, ayat-ayat yag relevan dengan peristiwa
ini membawa pada suatu kesimpulan bahwa banjir itu hanya bersifat regional
(menutupi wilayah tertentu) dan tidak menutupi seluruh bumi, dan hanya
menenggelamkan umat Nabi Nuh saja yang mereka itu telah diberi peringatan oleh
nabi Nuh dan akhirnya membangkang, sehingga mereka dihukum.
Ketika riwayat-riwayat tentang banjir dalam Perjanjian Lama dan
riwayat-riwayat sejenis dalam Al-Qur'an diuji, perbedaannya sederhana saja.
Perjanjian Lama, yang telah mengalami banyak perubahan dalam penambahan
sepanjang sejarahnya, yang karenya tidak bisa dinilai sebagai wahyu yang
orisinil, menggambarkan bagaimana banjir berawal dalam uraian sebagai
berikut:
"Dan Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi adalah
besar, dan bahwa setiap imajinasi dari pikiran-pikiran dalam hatinya hanya
selalu perbuatan jahat. Dan ini menjadikan Allah menyesali bahwa Dia telah
menciptakan manusia, dan ini menyedihkan hatiNya. Dan Tuhan berkata, "Saya akan
membinasakan manusia yang telah saya ciptakan dari permukaan bumi; kedua jenis
yang ada, manusia dan binatang, dan segala yang merayap, dan unggas-unggas di
udara, yang karena telah mengecewakanKu yang telah mencipatakan mereka. Akan
tetapi, (Nabi) Nuh mendapatkan kasih sayang di mata Tuhan" (Genesis, 6: 5-8)
Meski demikian, dalam al-Qur'an, diperlihatkan dengan jelas bahwa banjir itu
tidak meliputi seluruh dunia (bumi), tetapi hanya umat Nabi Nuh yang
dihancurkan. Tidak berbeda sebagaimana Nabi Hud diutus hanya untuk kaum 'Ad (QS.
Hud: 50), Nabi Shalih diutus untuk kaum Tsamud (QS. Hud: 61) serta seluruh Nabi
kemudian sebelumMuhammad adalah diutus hanya untuk umat mereka saja, Nabi Nuh
hanya diutus untuk umatnya dan banjir tersebut hanya menyebabkan punahnya umat
Nabi Nuh;
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia
berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar
kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa
azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. (QS. Hud: 25-26)
Mereka yang dimusnahkan adalah orang-orang yang secara total tidak
menghiraukan Proklamasi Nabi Nuh akan kerasulannya dan senantiasa menentang.
Ayat-ayat yang senada telah menggambarkan dengan cara yang cukup gamblang:
Maka mereka mendustakan Nuh , kemudian kami selamatkan dia dan
orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata
hatinya).(QS. Al-A'raf: 64).
Di samping itu, dalam al-Qur'an , Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan
menghancurkan suatu komunitas masyarakat kecuali seorang rasul telah diutus
kepada mereka. Penghancuran terjadi jika seorang pemberi peringatan telah sampai
kepada suatu kaum, dan pemberi peringatan itu didustakan. Allah menyatakan hal
itu dalam Surat al-Qashash:
Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum dia
mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya
dalam keadaan melakukan kezaliman. (QS. Al-Qashash: 59).
Bukanlah cara Allah untuk mengancurkan suatu kaum yang kepada mereka belum
Dia turunkan rasul. Sebagai seorang pemberi peringatan, Nuh hanya diutus untuk
kaumnya saja. Karena itu, Allah tidak menghancurkan kaum-kaum yang kepada mereka
tidak Dia utus rasul, akan tetapi Allah hanya menghancurkan umat Nabi Nuh.
Dari penyataan-pernyataan dalam al-Qur'an ini, kita bisa memastikan bahwa
banjir tersebut adalah bencana yang bersifat lokal, bukannya global (seluruh
dunia). Penggalian-penggalian yang dilakukan pada daerah-daerah arkeologis yang
diperkirakan sebagai lokasi terjadinya banjir - yang nanti akan kita bahas
berikutnya- menunjukkan bahwa banjir tersebut bukanlah sebuah peristiwa global
yang mempengaruhi seluruh bumi, akan tetapi merupakan sebuah bencana yang sangat
luas yang mempengaruhi bagian tertentu dari wilayah Mesopotamia.
Apakah Seluruh Binatang ikut Dinaikkan ke atas Perahu?
Para penfasir Bibel yakin bahwa Nabi Nuh memasukkan seluruh species binatang
yang ada di muka bumi ke atas Perahu dan binatang-binatang itu bisa selamat dari
kepunahan karena kebaikan Nabi Nuh itu. Menurut apa yang mereka yakini ini,
setiap pasang dari tiap species yang ada di muka bumi juga dibawa bersama ke
atas perahu.
Mereka yang mempertahankan pernyataan itu dengan tanpa ragu harus menghadapi
kejanggalan-kejanggalan yang serius dalam berbagai hal. Pertanyaan tentang
bagaimana berbagai jenis binatang yang diangkut ke atas perahu itu diberi makan,
bagaimana mereka ditempatkan di dalam perahu itu (kandang-kandang untuk mereka),
atau bagaimana mereka dipisahkan satu dengan lainnya adalah
pertanyaan-pertanyaan yang mustahil bisa terjawab. Lagi pula, masih ada beberapa
pertanyaan yang tersisa: bagaimana binatang-binatang yang berasal dari berbagai
benua (daratan) yang berbeda bisa dibawa bersamaan - berbagai mamalia yang ada
di kutub, kanguru dari Australia, atau bison yang Aneh dari Amerika?. Juga,
masih adalah berbagai pertanyaan lebih banyak lagi, seperti, bagaimana binatang
yang sangat membahayakan - yang berbisa seperi berbagai jenis ular, kalajengking
dan binatang-binatang buas - itu semua bisa ditangkap, serta bagaimana mereka
bisa bertahan padahal dipisahkan dari habitat alamiahnya untuk suatu waktu
hingga banjir itu surut?.
Ini adalah berbagai pertanyaan yang dihadapi oleh Perjanjian Lama. Di dalam
al-Qur'an, tidak ada pernyataan yang mengindikasikan bahwa seluruh species
binatang di muka bumi dinaikkan ke atas perahu. Dan sebagaimana yang telah
ditegaskan sebelumnya, banjir tersebut terjadi dalam sebuah wilayah tertentu
saja, sehingga, binatang yang dinaikkan perahu pun hanyalah yang hidup di
wilayah di mana umat Nabi Nuh itu tinggal.
Meski demikian, ini adalah bukti bahwa mustahil sekalipun hanya untuk
mengumpulkan seluruh jenis binatang yang hidup di wilayah tersebut. Sulit
dipikirkan Nabi Nuh beserta sejumlah kecil orang-orang yang beriman yang
menyertainya (QS. Hud: 40) pergi menuju ke segala penjuru untuk mengumpulan
masing-masing dua ekor dari ratusan species binatang di sekitar mereka. Bahkan,
lebih mustahil lagi bagi mereka untuk mengumpulkan berbagai tipe serangga yang
hidup di wilayah mereka, serta untuk memisahkan antara yang jantan dan betina!.
Ini alasan mengapa yang lebih memungkinkan adalah bahwa yang dikumpulkan itu
hanya binatang yang bisa dengan mudah ditangkap dan dipelihara, dan karenanya,
binatang tersebut adalah binatang ternak yang secara khusus berguna bagi
manusia. Nabi Nuh agaknya memasukkan ke atas perahu binatang binatang sejenis
itu, yakni seperti, sapi, biri-biri, kuda, unggas, unta dan sejenisnya, karena
inilah binatang-binatang yang dibutuhkan untuk penyangga kehidupan baru bagi di
wilayah yang telah kehilangan sejumlah besar prasarana hidup dikarenakan bencana
banjir tersebut.
Di sini masalah penting terletak pada bahwa kebijaksanaan Ilahiah dalam
perintah Allah kepada Nabi Nuh untuk untuk mengumpulkan berbagai binatang
terletak pada arahan untuk menumpulkan binatang-binatang yang dibutuhkan untuk
kehidupan baru setelah banjir berakhir daripada untuk kepentingan mempertahankan
genus berbagai binatang. Selama banjir itu bersifat lokal, maka kepunahan
berbagai jenis binatang tidak akan mungkin terjadi. Agaknya ada kecenderungan
bahwa pada masa setelah banjir, berbagai binatang dari wilayah-wilayah lain
bermigrasi ke tempat tersebut dan memadati daerah tersebut dengan cara kehidupan
lama yang pernah ada. Sehingga yang terpenting adalah bahwa kehidupan bisa
dirintis kembali begitu banjir berakhir, dan binatang-binatang yang dikumpulkan
(dan diangkut ke atas perahu) adalah dimaksudkan untuk tujuan perintisan
kehidupan seperti itu.
Berapa Tinggikah Air Banjir Tersebut?
Perdebatan lain di seputar masalah banjir itu adalah, apakah banjir itu
memancar dan menggenang sebegitu tingginya sehingga menenggelamkan gunung?.
Sebagaimana telah diberitahukan, al-Qur'an menginformasikan kepada kita bahwa
perahu Nabi Nuh itu terdampat di suati tempat yang bernama "al-Judi" setelah
banjir selesai. Kata-kata "judi" secara umum merujuk pada lokasi gunung
tertentu, sedangkan kata-kata itu memiliki arti "tempat yang tinggi atau bukit".
Karenanya, hendaknya jangan dilupakan bahwa di dalam al-Qur'an , "judi" bisa
jadi tidak digunakan sebagai nama bagi gunung tertentu, akan tetapi untuk
menunjukkan bahwa perahu telah terdampar dan terhenti pada sebuah tempat yang
tinggi. Di samping itu, makna dari kata-kata "judi" yang disebutkan di atas
mungkin juga memperlihatkan bahwa air bah itu mencapai ketinggian tertentu,
tetapi tidak mencapai ketinggian puncak gunung. Dengan kata lain bisa dikatakan
bahwa yang paling memungkinkan adalah bahwa banjir itu tidak menenggelamkan
seluruh bumi dan seluruh gunung sebagaimana digambarkan dalam Perjanjian Lama,
tetapi hanya menggenangi wilayah tertentu saja.
Lokasi Banjir Nuh
Daratan Mesopotamia diduga kuat sebagai lokasi di mana banjir masa Nabi Nuh
terjadi. Wilayah ini diketahui sebagai tempat bagi peradaban tertua dalam
sejarah. Lagi pula, dengan posisinya yang berada di antara sungai Tigris dan
Eufrat, tempat ini sangat memungkinkan untuk terjadinya sebuah banjir yang
besar. Di antara fakor penyebab terjadinya banjir kemungkinan adalah bahwa kedua
sungai ini airnya meluap dan membanjiri wilayah tersebut.
Alasan kedua mengapa daerah tersebut diduga kuat sebagai tempat terjadinya
banjir adalah bukti-bukti historis. Dalam rekamana sejarah berbagai peradaban
manusia yang pernah menempati lokasi tersebut, banyak dokumen yang ditemukan
telah merujuk pada pernah terjadinya sebuah banjir, dan banjir itu dalam dokumen
tersebut disebutkan terjadi dalam sebuah pereode masa yang sama. Setelah
menyaksikan pembinasaan kaum Nabi Nuh, peradaban-peradaban tersebut agaknya
merasa perlu untuk merekam dalam sejarah mereka, bagaimana banjir itu terjadi,
serta bagaimana juga akibat-akibat yang ditimbulkan oleh banjir tersebut. Telah
diketahui pula, bahwa mayoritas legenda-legenda yang menceritakan banjir
tersebut berasal dari Mesopotamia juga. Yang juga lebih penting bagi kita adalah
temuan-temuan arkeologis. Temuan ini memperlihatkan bahwa sebuah banjir besar
pernah terjadi di wilayah ini. Sebagaimana yang akan kami bahas secara detail
pada halaman-halaman berikutnya, banjir ini telah menyebabkan tertundanya mata
rantai perkembangan peradaban untuk selama jangka waktu tertentu. Dalam
penggalian-penggalian yang dilakukan, nampak jejak-jejak dari bencana dahsyat
tersingkap dari timbunan tanah.
Penggalian-penggalian yang dilakukan di wilayah Mesopotamia
telah mengungkap, bahwa berkali-kali dalam sejarah, wilayah ini menderita
berbagai macam bencana sebagai akibat dari berkali-kali banjir dan meluapnya
Sungai Eufrat dan Tigris. Sebagai misal, pada millenium kedua Sebelum Masehi
(SM), pada masa Ibbi-sin, penguasa dari bangsa Ur yang besar, yang berlokasi di
sebelah selatan Mesopotamia, sebuah tahun tertentu ditandai dengan "sesudah
terjadinya sebuah banjir yang telah melenyapkan garis batas antara surga-surga
dan bumi" .1 Di sekitar
tahun 1700 Sebelum Masehi (SM), pada masa kekuasaan Hamurabi dari Babilonia,
sebuah tahun dikenang sebagai sebuah masa dimana terjadi di dalamnya insiden "
hujan di kota Eshnunna yang disertai dengan banjir".
2 Setelah masa kehidupan Isa (Jesus) pada abad ke
7, 8, 10, 11, dan 12, banjir-banjir yang dinilai bersejarah (penting) terjadi
dalam wilayah tersebut. Dalam abad ke 20, kejadian yang sama terjadi pada tahun
1925, 1930, dan 1954.3
Jelaslah sudah, bahwa wilayah ini telah menjadi obyek bagi terjadinya bencana
banjir, dan sebagaimana ditunjukkan dalam al-Qur'an, bahwa rupa-rupanya sebuah
banjir yang massif telah menghancurkan dan membinasakan sebuah komunitas manusia
secara keseluruhan
|
Catatan |
1.Max Mallowan, Nuh's Flood Reconsidered,
Iraq:XXVI-2, 1964, hlm.66 2. Ibid. 3. Muazzez Ilmiye Cig, Kuran, Incil ve Tevrat'in Sümer'deki Kökleri (The Roots of Qur'an, Old Testament and New Testament in Sumer), 2.b., Istanbul: Kaynak, 1996 |
Bukti-Bukti Arkeologis tentang Banjir
Dalam kasus apabila sebuah peradaban hancur secara tiba-tiba, yang ini bisa saja terjadi karena bencana alam, perpindahan tempat (migrasi) yang mendadak, atau karena perang, jejak-jejak peradaban sering bisa lebih terpelihara. Rumah-rumah yang mereka huni, peralatan-peralatan yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari, tidak lama kemudian akan terkubur di bawah bumi. Jadi, jejak-jejak peninggalan mereka itu bisa terpelihara dalam waktu yang lama dan tidak tersentuh oleh manusia, dan itu semua merupakan bukti yang penting tentang sejarah masa lampau bila diungkapkan pada saat sekarang.
Inilah masalah
besar sehubungan dengan bukti tentang Banjir masa Nabi Nuh yang telah diungkap
pada saat ini. Walaupun peristiwa penghancuran kaum Bani Nuh itu telah terjadi
sekitar millenium ketiga sebelum Masehi (SM), banjir itu telah mengakhiri
seluruh peradaban untuk jangka waktu tertentu, dan kemudian, menyebabkan
lahirnya lagi sebuah peradaban yang baru di daerah tersebut. Jadi, bukti-bukti
yang muncul tentang banjir ini telah terpelihara selama ribuan tahun agar kita
bisa mengambil pelajaran darinya.
Usaha-usaha penggalian telah dilakukan dalam rangka menginvestigasi peristiwa
banjir yang telah menenggelamkan daratan-daratan di wilayah Mesopotamia. Dalam
penggalian-penggalian yang dilakukan di wilayah tersebut, di empat kota utama
ditemukan jejak-jejak yang menunjukkan bahwa telah terjadi sebuah banjir yang
besar. Kota-kota tersebut adalah kota-kota penting di Mesopotamia; Ur, Erech,
Kish, dan Shuruppak.
Penggalian-penggalian yang dilakukan di kota-kota ini telah mengungkap bahwa
semua dari empat kota ini telah dilanda sebuah banjir pada sekitar millenium
ketiga Sebelum Masehi.
Pertama, mari kita lihat penggalian-penggalian yang dilakukan di Kota Ur.
Sisa-sisa tertua dari sebuah peradaban yang tersingkap dari penggalian di
kota Ur, yang telah diganti namanya menjadi "Tell al Muqayyar" pada masa
sekarang ini, menunjuk pada suatu masa 7000 tahun SM. Sebagai sebuah situs yang
pernah menjadi lokasi bagi peradaban-peradaban tertua, kota Ur telah menjadi
sebuah wilayah hunian di mana berbagai kebudayaan tampil silih berganti.
Temuan arkeologis dari kota Ur memperlihatkan bahwa di sinilah peradaban
telah pernah terputus setelah terjadinya sebuah banjir dahsyat, dan kemudian,
peradaban-peradaban baru tampil. R.H. Hall dari British Museum melakukan
penggalian yang pertama di tempat ini. Leonard Woolley yang melakukan penggalian
meneruskan setelah Hall, yang juga menjadi supervisor (pengawas/pembimbing)
penggalian yang secara kolektif diorganisir oleh the British Museum dan
University of Pensilvania. Penggalian-penggalian yang dilakukan oleh Woolley,
yang telah memberikan pengaruh besar di seluruh dunia, berlangsung dari 1922
sampai 1934.
Penggalian yang dilakukan Sir Woolley mengambil lokasi di tengah-tengah
padang pasir antara Baghdad dan Teluk Persi. Pendiri pertama kota Ur adalah
orang-orang yang datang dari Mesopotamia Utara dan mereka menyebut diri mereka
dengan "Ubaidian". Pada awalnya, penggalian itu dilakukan untuk menghimpun
informasi berkenaan dengan orang-orang tersebut. Penggalian yang dilakukan
Woolley digambarkan oleh seorang arkeolog Jerman, Werner Keller, sebagai
berikut:
"Kuburan Raja-Raja Ur"- begitu ungkap Woolley dalam kegembiraan
besar tatkala menemukan, telah membubuhkan lubang kuburan bagi kejayaan Sumeria,
yang kehebatan kekuasaannya telah tersingkap saat skop/cangkul para arkeolog
mengenai sebuah tanggul sepanjang 50 kaki di sebelah selatan candi dan ditemukan
sebuah deretan panjang dari pekuburan yang sangat menarik. Kubah/kolong batu
yang ditemukan benar-benar merupakan peti-peti harta yang berharga, yang
dipenuhi dengan piala-piala yang mahal, kendi-kendi dan vas-vas yang dibentuk
secara menakjubkan, barang becah belah terbuat dari perunggu, kepingan-kepingan
mutiara, lapis lazuli, dan perak yang mengelilingi tubuh-tubuh tersebut, yang
telah terbentuk menjadi debu/abu. Barang-barang semacam kecapi dan lyre
disandarkan di dinding-dinding. "Hampir hanya dalam sekali" dia kemudian menulis
dalam buku hariannya, "penemuan-penemuan dihasilkan yang telah memberikan
ketegasan tentang kecurigaan-kecurigaan kami. Tepat di bawah lantai dari salah
satu lubang kubur para raja kami menemukan sebuah lapisan abu berbagai tablet
tanah liat, yang tertutupi oleh huruf-huruf yang jauh lebih tua dibandingkan
dengan prasasti di atas kuburan. Dengan mendasarkan pada sifat dari tulisan yang
ada, tablet-tablet tersebut bisa diduga dibuat pada sekitar tahun 3000 SM.
Berarti, itu dua atau tiga abad lebih awal dari lubang kuburan tersebut."
Terowongan/lubang itu ternyata masih bisa dirunut lebih dalam.
Tingkatan yang baru, dengan pecarhan-pecahan kendi, pot dan mangkuk masih tetap
nampak terjaga. Para ahli (ilmuwan) memperhatikan bahwa barang-barang tembikar
itu masih cukup mengejutkan karena tetap tidak berubah. Benar-benar nampak
seperti yang telah ditemukan di pekuburan para raja. Karena itulah, nampaknya
selama beberapa abad peradaban Sumeria tidak mengalami perubahan yang radikal.
Mereka tentulah, menurut kesimpulan yang bisa ditarik, telah mencapai tingak
perkembangan yang tinggi yang menakjubkan pada awal peradaban mereka.
Setelah beberapa hari penggalian dilakukan, beberapa pekerja
Woolley berteriak kepadanya, "Kita telah sampai paga lapisan dasar (ground)",
dia kemudian turun sendiri menuju lantai lubang galian agar bisa puas
menyaksikan. Semula, pikiran Woolley adalah bahwa "Ini adalah penggalian yang
terakhir". Wujudnya adalah pasir, pasir murni yang hanya bisa dikandung oleh
air.
Mereka memutuskan untuk menggali lapisan tersebut dan membuat
lubang lebih dalam lagi. Semakin dalam, semakin dalam menuju dasar: tiga kaki,
enam kaki -- masih penuh lumpur. Tiba-tiba, pada kedalaman sepuluh kaki, lapisan
lumpur terhenti tiba-tiba. Di bawah deposit tanah liat ini sekitar sepuluh kaki
tebalnya, mereka menemukan bukti-bukti baru dari hunian manusia. Wujud dan
kualitas dari tembikar telah jelas berubah. Di sini, barang-barang itu adalah
bikinan tangan. Besi belum juga ditemukan di sini. Peralatan primitif yang
nampak adalah peralatan yang terbuat dari tebangan batu api. Ini mesti terjadi
pada masa Zaman Batu!.
Banjir. Itulah penjelasan yang paling
mungkin bagi deposit yang tanah liat yang besar di bawah bukit di kota Ur, yang
secara cukup jelas telah memisahkan dua zaman kehidupan. Samudera telah
meninggalkan jejak-jejak yang tidak terpungkiri dalam bentuk sisa-sisa organisme
laut yang terlekat/tersimpan dalam lumpur. 1
Analisa dengan mikroskop mengungkapkan bahwa deposit tanah liat di depan
bukit di kote Ur telah terkumpul disebabkan oleh banjir yang begitu besar yang
telah meludeskan peradaban Sumeria kuno. Epik tentang Gilgamesh dan cerita
tentang Nuh tersatukan dengan lubang galian yang dalam di bawah gurun
Mesopotamia.
Max Mallowan menghubungkan pikiran-pikiran Leonard Woolley ,
yang menyatakan bahwa endapan massif yang besar itu terbentuk dalam satu waktu
tertentu yang hanya bisa terjadi dikarenakan bencana banjir yang sangat besar.
Woolley juga menggambarkan tentang permukaan banjir yang telah memisahkan kota
di Sumeria, kota Ur dengan kota Al-Ubaid yang penduduknya biasa bekerja mengecat
barang tembikar, sebagaimana yang masih tersisa dari peristiwa banjir
tersebut.2
Ini semua menunjukkan bahwa kota Ur adalah salah satu dari
berbagai daerah yang terkena banjir. Werener Keller mengekspressikan arti
penting dari penggalian yang telah disebutkan di atas dengan menyatakan bahwa
hasil dari sisa-sisa kota di bawah lapisan tanah lumpur dalam penggalian
arkeologis di Mesopotamia membuktikan bahwa dahulu kala pernah terjadi banjir di
tempat ini. 3
Kota lain yang masih menyimpan jejak-jejak dari banjir Nuh
adalah kota Kish di Sumeria, yang saat ini dikenal dengan nama "Tall
al-Uhaimer". Menurut sumber-sumber Sumeria kuno, kota ini merupakan tempat
kedudukan "tahta dari dinasi 'postdiluvian' yang pertama".4
Kota Shurrupak di sebelah selatan Mesopotamia , yang saat ini
diberi nama dengan "Tall Far'ah", demikian juga, menyimpan jejak-jejak yang
masih terlihat dari peristiwa banjir tersebut. Studi arkeologis yang dilakukan
di kota ini dipimpin oleh Erich Schmidt dari the University of Pensilvania
antara tahun 1922-1930. Penggalian-penggalian yang dilakukan mengungkapkan
adanya tiga lapisan yang pernah dihuni oleh manusia dalam rentang waktu sejak
masa pra sejarah hingga dinasti Ur ketiga ( 2112-2004 SM). Temuan yang paling
istimewa adalah reruntuhan dari sebuah bangunan rumah-rumah yang bagus sepanjang
tablet (belahan-belahan batu/prasasti) tulisan-tulisan kuno berbentuk baji
(cuneiform) dari simpanan administrasi dan daftar-daftar kata, mengindikasikan
adanya sebuah masyarakat yang telah berkembang maju hingga akhir millenium
keempat Sebelum Masehi. 5
Masalah terpenting adalah bahwa sebuah banjir besar telah bisa
dipahami dengan jelas terjadi di kota ini pada sekitar 2900-3000 SM. Menurut
perhitungan yang dilakukan Mallowan, 4-5 meter di bawah tanah, Schmidt telah
mencapai lapisan tanah kuning (yang dibentuk oleh banjir) yang terbentuk dari
sebuah campuran antara tanah liat dan pasir. Lapisan ini lebih dekat ke dataran
daripada profil tumulus dan bisa diamati seluruhnya di seputar tumulus…. Schmidt
mendefinisikan bahwa lapisan ini terbentuk dari campuran tanah liat dan pasir,
yang masih tersisa sejak masa Kerajaan Kuno Cemdet Nasr, sebagai "sebuah pasir
yang masih dengan keasliannya di dalam sungai" dan ini diasosiasikan dengan
Banjir Nuh. 6
Di dalam penggalian yang dilakukan di kota Shuruppak,
sisa-sisa sebuah banjir bisa ditemukan yang masih berhubungan dengan kurang
lebih tahun 2900-3000 SM. Mungkin, kota Shuruppak terkena imbas dari banjir
sebebesar imbas yang diderita kota-kota lain. 7
Tempat (kota) yang terakhir yang terkena banjir adalah kota
Erech hingga sebelah selatan kota Shuruppak yang saat ini dikenal dengan nama
"Tall al-Warka". Di kota ini, sebagaimana di kota-kota yang lainnya, lapisan
sebuah banjir juga nampak. Lapisan ini merujuk pada masa 2900-3000 SM
sebagaimana yang lain. 8
Sebagaimana diketahui dengan baik, sungai Eufrat dan Tigris memotong
menyeberangi Mesopotamia dari ujung satu ke ujung yang lain. Nampaknya bahwa
selama masa itu, dua sungai ini dan disertai banyak sumber mata air, besar
maupun kecil, meluap, dan, dengan bersatunya dengan air hujan, telah menyebabkan
sebuah banjir yang dahsyat. Peristiwa itu digambarkan dalam al-Qur'an:
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air
yang tercurah (11). Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka
bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan (12).
(QS. Al-Qamar: 11-12).
Ketika faktor-faktor yang menyebabkan banjir itu dibahas satu persatu,
nampaklah bahwa kesemuanya itu merupakan fenomena yang sangat alami. Adapun yang
menjadikan peristiwa itu penuh mukjizat adalah karena kejadiannya pada saat yang
bersamaan dengan peringatan Nabi Nuh kepada kaumnya tentang akan datangnya
bencana semacam itu sebelumnya.
Pengujian terhadap bukti yang didapat dari studi yang komplet mengungkapkan
bahwa daerah banjir membentang sekitar 160 km (lebar) dari timur sampai barat,
dan 600 km (panjang) dari utara sampai selatan. Ini menunjukkan bahwa banjir
tersebut menutupi seluruh daratan-daratan di Mesopotamia. Ketika kita membahas
urut-urutan kota Ur, Erech, Shuruppak dan Kish yang menyembulkan jejak-jejak
banjir Nuh, kita melihat bahwa kota-kota ini berada dalam satu garis sepanjang
rute tersebut. Karena itulah, banjir tersebut pastilah telah mengenai keempat
kota ini dan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu, harus dicatat bahwa pada
sekitar 3000 tahun BC, struktur geografis dari daratan Mesopotamia berbeda
dengan kondisi yang ada sekarang. Pasa masa tersebut, posisi sungai Eufrat
terletak lebih ke timur dibandingkan dengan posisi sungai tersebut saat ini;
garis arus sungai ini ternyata dulunya sama dengan garis yang melewati menembus
kota Ur, Erech, Shuruppak dan Kish. Dengan terbukanya "mata air di bumi dan di
surga", agaknya sungai Eufrat meluap dan mengalir tersebar sehingga merusak
empat kota yang disebut di atas.
| ||
Catatan | ||
1. Werner Keller, Und die Bibel hat doch recht
(The Bible as History; a Confirmation of the Book of Books), New York: William
Morrow, 1964, hlm. 25-29 2. Max Mallowan, Nuh's Flood Reconsidered, Iraq:XXVI-2, 1964, hlm. 70 3. Werner Keller, Und die Bibel hat doch recht (The Bible as History; a Confirmation of the Book of Books), New York: William Morrow, 1964, hlm. 23-32 4. "Kish", Britannica Micropaedia, Volume 6, hlm. 893 5."Shuruppak", Britannica Micropaedia, Volume 10, hlm. 772 6 Max Mallowan, Early Dynastic Period in Mesapotamia, Cambridge Ancient History 1-2, Cambridge: 1971, hlm. 238 7 Joseph Campbell, Eastern Mythology, hlm. 129 8 Bilim ve Utopya, July 1996, 176. Footnote hlm. 19 |
SEMOGA BERMANFAAT
sumber:
www.bangsamusnah.com
info@bangsamusnah.com
info@bangsamusnah.com
0 komentar:
Posting Komentar